Rabu, 09 Juli 2014

Lombok Island



Sumber Foto: http://adventure-lombok.com/

Ini dia, Gunung Rinjani yang ada di kampung halaman gue, yaaa walaupun gue udah menetap 18 tahun lebih, gue belum pernah sama sekali ngapelin tempat itu, yaaa.. semoga aja gue bisa kesana, amiiieen :D
di Lombok, banyak tempat-tempat wisata, tidak hanya di kenal karna keindahan alamnya, tapi banyak juga makanan khas yang ada di Lombok.
intinya, kalian yang mau ngunjungin Lombok Island, kalian nggak bakalan nyesel udah dateng ke pulau Lombok.
sekian tulisan gue tentang Rinjani  :D

oke, beralih tentang pantai, budaya dan tradisinya... :D
Lombok emang terkenal banget sama pantainya, beberapa diantaranya pantai Senggigi, pantai Kuta, pantai Tanjung An, Pantai Selong Belanak, Pantai Pink, Pantai Elak-Elak, dan yg baru-baru ini gempar di bicarain itu Batu Payung  dan banyak lagi. Nih, foto-fotonya 





ngga cuman terkenal karna pantainya, Lombok juga punya Tradisi daerah yang lain daripada yang lain contohnya tradisi merayakan Maulid di Pulau Lombok. Oia Maulid sendiri adalah Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Di Pulau Lombok ini berkembang berbagai macam tradisi unik yang (mungkin) gak ada di daerah lain (luar Lombok). Apa sajakah itu? Yuk kita simak : 
1. Tradisi “ngurisan” atau cukur rambut bayi ~ Tradisi ini merupakan tradisi yang sudah lama dilaksanakan di Nusa Tenggara Barat (NTB), yang dilakukan kepada bayi yang baru lahir atau berumur dibawah enam bulan, biasanya dilaksanakan di masjid atau musala pada hari-hari besar agama Islam, terutama saat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid). Yang unik adalah Seluruh tokoh agama dan masyarakat yang diundang harus mencukur atau memegang kepala bayi tersebut. 2.Tradisi Musik Gerantung ~ Di daerah Dasan Beleq, tradisi yang dilaksanakan sangat berbeda dengan perayaan maulid yang dilaksanakan oleh masyarakat Lombok pada umumnya. Dasan Beleq sendiri terletak di Desa Gumantar Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Yang unik adalah Maulid dilaksanakan dengan membunyikangerantung atau alat musik tradisional selama 24 jam lebih tampa henti. Sebelum membunyikan gerantung, terlebih dahulu alat musik tradisional itu dibersihkan di lokoq teraga  sebuah sumur yang dianggap suci oleh masyarakat setempat. Prosesi maulid adat dilaksanakan sesuai dengan kalender lokal yang merupakan perhitungan dari leluhur. 

3. Tradisi Ruah Maulud ~ Ruah Mulud ini biasanya diaplikasikan dalam bentuk ngumpul bersama atau pesta kecil-kecilan dengan mengudang sanak kerabat dan tetangga-tetangga dekat. Bahkan untuk masyarakat yang terbilang mampu, selain mengundang kerabat dekat mereka juga mengundang fakir miskin dan anak yatim makan-makan di rumahnya. Yang khas di sini adalah jajanan nya, yang biasanya gak ada/sulit ditemukan pas hari hari biasa.


4. Tradisi di Desa Adat Bayan, Lombok Utara ~  Tradisi ini dipusatkan di Masjid Kuno Bayan Beleq yang diperkirakan dibangun pada abad 16 oleh para penyebar Islam. Ada banyak urutan kegiatan yang dilakukan selama dua hari berturut turut berdasarkan Lingsereat atau kalender adat Bayan. Yang unik adalah adanya "Praja Maulud", Praja Maulud ini mengambarkan proses terajdinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa, yang disimbolkan dengan pasangan penganten. Prosesi ini dilakukan oleh pranata-pranata adat Bayan.

5. Tradisi di Dasan Agung, Mataram ~ Di Kelurahan Dasan Agung, ada delapan kampung yang merupakan penduduk asli Dasan Agung dan kedelapan kampung tersebut merayakan maulid secara bergantian sejak masuknya bulan Maulid hingga selesai. Ada berbagai macam kegiatan seperti pawai/arak arakan yang mengusung anak anak yang akan dikhitan dengan menggunakan kuda kudaan dan memakai pakaian adat.

6. Tradisi Migel ~ Tradisi Migel (tarian) dilaksanakan oleh masyarakat komunitas Gumantar pada setiap perayaan Maulid. Migel (tarian) biasanya digelar disekitar kompleks Mesjid Kuno Gumantar. Kegiatan tarian Migel ini dilakukan oleh segala lapisan masyarakat, baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Terutama yang lebih menonjol adalah dilakukan oleh para gadis.

Selain tradisi perayaan Maulid Nabi yang lain daripada yang lain Lombok juga punya tradisi "PERANG TOPAT" yang merupakan tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Dengan menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.

Tradisi Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta.




Satu lagi tradisi yang unik dari Lombok yaitu Nyongkolan. Nah, Nyongkolan itu adalah tradisi masyarakat Sasak Lombok ketika pasangan pengantin dengan menggunakan baju pengantin diarak menuju tempat orangtua pengantin perempuan sambil berjalan kaki. Dengan mengenakan busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara, berjalan keliling desa. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk "pengumuman" bahwa pasangan tersebut sudah resmi menikah. Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung dan kerap menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan di Mataram dan sekitarnya, dan gue sudah merasakan sendiri betapa macetnya jalan yang dilalui iring2an tersebut.

Akan tetapi tradisi ini sepertinya sudah dimasuki budaya luar, buktinya di belakang arak-arakan pengantin ada iringan musik dangdut masa kini, dengan penyanyi berpakaian khas dangdut saat konser. Haha.. Juga ada semacam drumband nya. Dengan iringan musik dangdut ini, para pengantar dari pihak lelaki yang terdiri dari pemuda-pemuda ikutan joget, goyang sini goyang sana, sumpah pede banget padahal di jalanan ramai.

Bagi masyarakat, Adat tersebut merupakan bagian terpenting dalam sebuah perkawinan karena memang sangat menarik terlebih lagi ketika goyangan seorang penari mengiringi untaian irama dan lagu membuat para penonton merasa terpanggil untuk tampil bahkan sampai lupa diri.

Namun ada satu hal yang mengundang banyak tanya khususnya dari kalangan masyarakat biasa dengan adat sasak yang satu ini. Selama ini, prosesi adat nyongkolan ternyata masih ada perbedaan dari masyarakat khususnya kaum bangsawan. Ketika kaum bangsawan melaksanakan adat ini ada istilah “bau acan”, dan jika masyarakat biasa yang melaksanakan, acara tersebut tidak ada. kemudian saat nyongkolan, ketika masyarakat tidak mengenakan pakaian adat, maka tidak diberikan masuk dalam iringan pengantin.


Nah, alam sama adatnya udah gue sebutin, sekarang giliran kulinernya yaaa. Yang paling gue suka itu nasi puyung. NASI PUYUNG,merupakan salah satu kuliner khas Lombok yang terkenal dengan pedasnya. Nama "Puyung" sendiri mengacu pada nama daerah dimana makanan ini berasal yaitu daerah puyung, Lombok Tengah. Konon Inaq Esun inilah penemu atau pembuat pertama nasi yang fenomenal ini. Yang kemudian ternyata banyak yang suka, semakin menyebar dan menyebar yang akhirnya menjadi makana khas Lombok, dan semakin banyak warung warung yang menyediakan menu Nasi Puyung, meskipun isi dan rasanya tak sama dan tak semantap Nasi Puyung Asli milik Inaq Esun.
Satu porsi nasi puyung berisi nasi, suwiran daging ayam pedas, dan kacang kedelai. Tak perlu sambal, karena suwiran ayamnya sudah lumayan bisa membuat lidah terbakar. Satu lagi yang bikin rasanya special adalah adanya daun pisang sebagai alasnya, kalau dibawa pulang, sebagai bungkusnya. Nah untuk dapat menikmati Nasi Puyung yang asli ini, tinggal datang langsung ke kedainya di Dusun Lingkun Daye, Desa Puyung Lombok Tengah (di jalur Mataram - Praya).
sumber : berbagifun.blogspot.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar